Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, ditandai dengan penyakit heterogen serta cedera fokal akut sistem saraf pusat oleh karena penyebab vaskuler, seperti stroke iskemik, intracerebral hemorrhage, dan subtipe patogenik yang lain (Sacco et al., 2013). Berdasarkan data dari Global Burden of Disease Study tahun 2019, jumlah kematian akibat stroke telah meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir, dan tetap menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia (Feigin et al., 2021). Studi review sistematik menunjukkan insidensi stoke pada usia muda didominasi oleh stroke iskemik, berkisar antara 21% hingga 77.9% pada usia kurang dari 45 tahun (Patel et al., 2021). Sebagian besar kasus stroke iskemik diperkirakan disebabkan oleh karena aterosklerosis intrakranial dan atau trombosis. Namun, juga dapat disebabkan oleh karena emboli vaskuler maupun plak aterosklerotik pada arkus aorta, arteri karotis, bahkan jantung (Campbell et al., 2019). Insidensi kejadian stroke iskemik diperkirakan akan terus meningkat hingga 89.32 per 100.000 populasi, dengan insidensi lebih tinggi ditemukan pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki di tahun 2030 (90.70 dibandingkan dengan 87.64 per 100.000) (Pu et al., 2023). Morbiditas dan mortalitas yang ditimbulkan dari penyakit stroke iskemik cukup tinggi, dengan angka disabilitas berdasarkan usia 838.46 per 100,000 sedangkan angka kematian global berdasarkan usia terkait stroke iskemik 40,96 per 100.000 pada tahun 2020 (Pu et al., 2023). Angka kematian pada 30 hari pertama setelah stroke iskemik sekitar 10%, mencapai 40% pada akhir tahun pertama (Moraes et al., 2023). Oleh karena hal tersebut, identifikasi dan penanganan yang tepat pada waktu yang efektif menjadi faktor yang penting dalam penatalaksanaan pasien dengan stroke, terutama stroke iskemik. Terapi adjuvant marak dikembangkan akhir-akhir ini untuk mendukung terapi standar stroke iskemik sehingga diharapkan mendapatkan luaran yang lebih baik pada pasien dengan stroke iskemik.(Trisina, Sunardi, Maggy T. Suhartono, et al., 2011). Terapi oral DLBS1033 saat ini dikembangkan sebagai terapi adjuvant stroke iskemik, tersusun atas atas lumbrokinase yang berasal dari ekstrak Lumbricus rubellus.(Pinzon et al., 2021) Agen trombolitik yang tersedia pada terapi standar stroke tidak spesifik terhadap fibrin, dimana dapat menyebabkan terjadinya perdarahan berlebih. Agen antiplatelet dan antikoagulan dapat mencegah agregasi trombosit dan pembentukan untaian fibrin; dimana agen ini dapat digunakan untuk menghambat trombogenesis, namun agen tersebut tidak mempengaruhi bekuan darah yang sudah ada (Vernooij, 2009; Becker, 2013). Aksi trombolitik dari terapi oral DLBS1033 spesifik bekerja pada rantai ?-, ?-, dan ? dari fibrinogen pada proses fibrinogenolitik. Terapi oral DLBS1033 selain dapat membantu menghambat agregasi trombosit, juga dapat memperpanjang proses fibrinolitik serta lisis bekuan darah yang ada. (Trisina, Sunardi, Maggy T Suhartono, et al., 2011) DLBS1033 juga menunjukkan perannya untuk mengurangi kekentalan darah pada pasien, dimana hal ini dapat membantu pasien dengan stroke iskemik yang mana dapat mengalami kondisi pengentalan darah. Ketika terjadi peningkatan kekentalan darah pada pasien dengan stroke iskemik, faktor tersebut turut memengaruhi luaran Pulsatility Index (PI) pada pemeriksaan Transcranial Doppler (TCD) (Oh et al., 2020). Mekanisme yang mendasari diperkirakan berkaitan dengan efek lumbrokinase untuk menghambat produksi COX-2, ROS, dan NOS.(Sun et al., 2013) Namun hingga saat ini belum terdapat penelitian yang membahas mengenai efek pemberian lumbrokinase pada hasil pemeriksaan TCD pasien dengan stroke iskemik akut. Terapi thrombolisis intravena dengan tissue plasminogen activator (tPA) atau thrombectomy mekanik menjadi terapi lini pertama untuk memediasi terjadinya reperfusi (Bhaskar et al., 2018). Meskipun terjadi pemulihan cepat aliran darah otak paska stroke, rekanalisasi pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan kerusakan jaringan progresif, yang juga dikenal sebagai cedera iskemia-reperfusi. Reperfusi memicu respons inflamasi yang kuat termasuk peningkatan regulasi molekul adhesi sel, pelepasan sitokin, dan transmigrasi beberapa subset leukosit, mendukung berkembangnya kaskade thrombo-inflamasi (Szepanowski et al., 2023). Pada penelitian sebelumnya, lumbrokinase yang mana terkandung dalam terapi oral DLBS1033 menunjukkan perannya pada kaskade inflamasi untuk menurunkan aktivitas MMP-2 dan MMP-9 pada model tikus dengan nefropati diabetik (Sun et al., 2013). Pada stroke iskemik, oleh karena aktivasi mikroglia, astrosit, dan makrofag, selain menyebabkan pelepasan MMP-9, juga terjadi pelepaskan sitokin pro inflamasi lain, seperti IL-6 dan TNF-alfa yang mana akan semakin memperparah inflamasi yang dialami oleh pasien (Bonaventura et al., 2016). Lumbrokinase secara signifikan menurunkan level IL-6, yang mana merupakan salah satu mediator inflamasi, diamati pada pasien yang menjalani graft tulang pada level seluler, bersamaan dengan Emodin (Wang et al., 2023). Namun, belum terdapat sumber yang membahas mengenai peranan lumbrokinase dalam menurunkan level TNF-alfa dan IL-6 pada darah pasien yang mengalami stroke iskemik. Ketika dibandingkan dengan terapi standar, pemberian DLBS1033 secara signifikan meningkatkan luaran klinis pada pasien stroke iskemik, yang dinilai menggunakan skoring NIHSS maupun Indeks Barthel (Pinzon et al., 2021). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai efek pemberian terapi adjuvant oral DLBS1033 pada patomekanisme thrombo-inflamasi pasien dengan stroke iskemik yang dibuktikan melalui pemeriksaan biomarker inflamasi, TCD, dan penilaian luaran klinis.