Unit Perawatan intensif (ICU) merupakan sistem yang terstruktur untuk memberikan perawatan kepada pasien dalam kondisi kritis yang menawarkan perawatan medis dan keperawatan yang intensif dan khusus, meningkatkan kemampuan pemantauan, serta menyediakan berbagai dukungan organ fisiologis untuk mempertahankan kelangsungan hidup selama fase kegagalan sistem organ akut (Marshall et al., 2017). Perawatan intensif, juga disebut sebagai perawatan kritis, adalah suatu spesialisasi yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dan profesional yang berfokus pada pengelolaan menyeluruh pasien yang mengalami, atau berpotensi mengalami, disfungsi organ akut yang dapat mengancam nyawa (Marshall et al., 2017). Pasien yang dirawat di ICU sering memiliki ingatan yang samar-samar, di mana mereka mungkin mengalami campuran antara kejadian nyata dan halusinasi yang disebabkan oleh kondisi delirium ICU (Haave et al., 2021). Keluarga pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) atau unit gawat darurat sering kali mengalami tekanan emosional dan ketidakpastian terkait dengan kondisi kesehatan anggota keluarga mereka (Davidson et al., 2017). Ketika anggota keluarga berada dalam kondisi kritis, kebutuhan emosional dan dukungan keluarga menjadi sangat penting karena mereka sering mengalami stres dan ketidakpastian tentang masa depan (Haave et al., 2021). Dalam kondisi demikian, keluarga membutuhkan informasi yang jelas dan dukungan dari tim medis untuk membantu mereka dalam memahami kondisi dan proses perawatan pasien (Haave et al., 2021). Kebutuhan keluarga pasien kritis dipengaruhi oleh jenis kelamin (Barraj et al., 2019). Peran gender memiliki perbedaan dalam pengasuhan dan menyempit seiring waktu, kecuali dalam hal tugas rumah tangga, di mana perempuan yang berperan sebagai pengasuh menghabiskan waktu lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (Pacheco et al., 2024). Akan tetapi tren saat ini menampilkan
bahwa laki-laki semakin terlibat dalam tugas pengasuhan, meskipun perempuan yang menjadi pengasuh utama masih melaporkan tingkat beban yang lebih besar (Pacheco et al., 2024). Kebutuhan antara keluarga laki-laki dan perempuan dalam menghadapi anggota keluarga yang sakit kritis, di mana perempuan sering kali lebih terlibat secara emosional dan praktis dalam proses perawatan dibandingkan lakilaki (Vincent et al., 2021). Perempuan umumnya mengalami tingkat stres yang lebih tinggi karena mereka sering terlibat langsung dalam keputusan medis dan kebutuhan logistik (Haave et al., 2021). Secara global, pendekatan terhadap kebutuhan keluarga bervariasi. Di Amerika Serikat dan Prancis, perawat terlatih memfasilitasi komunikasi untuk memenuhi kebutuhan informasi dan emosional keluarga (Curtis et al., 2021). sementara di Eropa, keluarga sering kekurangan dukungan psikologis dan keterlibatan dalam perawatan (Expósito et al., 2020). Di Indonesia, penelitian mengenai kebutuhan keluarga pasien kritis, Keluarga pasien mengungkapkan bahwa mereka jarang sekali ataupun hampir tidak pernah menerima penjelasan terkait kondisi penyakit pasien, perkembangan, proses pengobatan, serta tindakan yang telah dilakukan (Wulan et al., 2021). Informasi mengenai kondisi pasien di ICU telah terbukti menjadi salah satu kebutuhan utama bagi anggota keluarganya (Wulan et al., 2021). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan keluarga pasien kritis berdasarkan jenis kelamin. Dengan memahami kebutuhan informasi, dukungan emosional, dan kenyamanan antara keluarga laki-laki dan perempuan, penelitian ini diharapkan dapat mendukung pendekatan perawatan berbasis keluarga yang lebih efektif, guna meningkatkan kualitas layanan kesehatan di ruang intensif.