Batu ginjal terjadi ketika terbentuknya batu yang terdiri dari kristal dan bahan organik di dalam sistem kemih, yang dapat ditemukan di berbagai bagian seperti ginjal, ureter, uretra, dan kandung kemih. Jenis batu yang umumnya ditemukan meliputi batu kalsium oksalat, batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamterene, dan batu silikat. Data dari beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75-85% kasus batu ginjal adalah jenis batu kalsium (Handayani, 2020). Secara global, prevalensi dan angka kekambuhan batu ginjal meningkat. Penyakit batu ginjal mempengaruhi sekitar 12% populasi dunia. Di Amerika Serikat, penyakit ini menyerang 1 dari 11 orang dan sekitar 600.000 orang Amerika menderita penyakit batu saluran kemih setiap tahunnya. Asia Tenggara, Asia Barat, Asia Selatan, Korea Selatan, serta Jepang memiliki prevalensi 5 - 19,1% (Stamatelou & Goldfarb, 2023). Sedangkan di India, sekitar 12% dari mereka menderita batu saluran kemih dan diantaranya berakhir dengan kerusakan fungsi ginjal (Alelign & Petros, 2018). Prevalensi terjadinya batu ginjal di Indonesia masih tinggi, sebanyak 6 per 1000 penduduk atau sekitar 1.499.400 mengalami batu ginjal (Kemenkes RI, 2018). Sebesar 0,6% penderita batu ginjal terdiagnosis di Indonesia. DI Yogyakarta menempati prevalensi tertinggi sebesar 1,2%, selanjutnya yaitu Aceh 0,9%, wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, serta Sulawesi Tengah masing-masing memiliki prevalensi 0,8%. Seiring bertambahnya usia, prevalensi terjadinya batu ginjal juga meningkat. Kelompok tertinggi berada di usia 55-64 tahun yaitu sebesar 1,3%, 65-74 tahun sebesar 1,2%, dan 1,1% pada kelompok usia ≥ 75 tahun (Az-Zahra et al., 2018).
a ≥ 75 tahun (Az-Zahra et al., 2018).
Faktor resiko yang menyebabkan batu ginjal yaitu seperti makanan yang mengandung tinggi purin, overweight, asupan air yang diminum perhari, merokok, dan juga orang yang berjenis kelamin laki laki (Baatiah et al., 2020). Faktor geografis dari suatu daerah juga dapat menjadi penyebab terjadinya batu ginjal. Penelitian menyebutkan bahwa pemanasan global akan menyebabkan peningkatan 1,6–2,2 juta seumur hidup kasus urolitiasis pada tahun 2050 di AS, yang mungkin sebagai setinggi 30% di beberapa daerah (Zhang et al., 2020). Komposisi kimia batu saluran kemih meliputi kristal dan fase nonkristalin atau bahan organik (matriks). Matriks organik batu saluran kemih terdiri dari makromolekul seperti glikosaminoglikan (GAG), lipid, karbohidrat, dan protein. Molekul-molekul ini memainkan peran penting dalam mendorong atau menghambat proses perkembangan batu ginjal. Komponen utama matriks batu adalah protein (64%), gula non amino (9,6%), heksosamin sebagai glukosamin (5%), air (10%), dan abu anorganik (10,4%). Matriks tersebut bertindak sebagai tempat yang berperan serta dalam perakitan batu ginjal. Matriks semua batu mengandung fosfolipid (8,6%) dari total lipid, yang mewakili sekitar 10,3% matriks batu. Fosfolipid membran sel, sebagai bagian dari matriks organik, mendorong pembentukan batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat (Alelign & Petros, 2018). Ukuran batu dibedakan dengan metode stratifikasi seperti 20 mm. Batu ginjal dikategorikan berdasakan gambaran X-Ray. Sehingga menghasilkan klasifikasi seperti gambaran radiopaque maupun radiolucent (De Coninck et al., 2024). Asam urat terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan purin dalam tubuh dan akan dikeluarkan melalui urin. Tingginya kadar asam urat dapat menyebabkan penurunan keasaman dalam urin. Hal ini mengakibatkan kapasitas buffer garam amonium tidak memadai, pada akhirnya mengakibatkan pembentukan kristal. Asam urat dapat menyebabkan batu kalsium oksida melalui peningkatan ekskresi kalsium urin, penurunan ekskresi sitrat, dan supersaturasi urin terkait monosodium urat (Jin-Zhou et al., 2022).
Berdasarkan jurnal yang penulis baca, kejadian batu ginjal yang paling sering yaitu batu kalsium yang memiliki kandungan kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur tersebut. Tetapi berdasarkan jurnal yang penulis baca ada faktor resiko lain yang bisa menyebabkan batu ginjal yaitu kadar asam urat. Dengan mengacu pada penjelasan sebelumnya, peneliti bermaksud untuk mengkaji lebih mendalam mengenai hubungan kadar asam urat dengan kejadian batu ginjal di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Hal ini dikarenakan pemeriksaan kadar kalsium oksalat dan kalsium fosfat sulit untuk dilakukan. Berbeda dengan kadar asam urat yang sangat mudah dilakukan dan merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan sehari-hari khususnya di RSUD dr. Moewardi Surakarta.