Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai penyakit kronis atau gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia. Akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, berbagai komplikasi dapat terjadi pada tubuh seperti neuropati, hipertensi, penyakit jantung iskemik, retinopati, nefropati, dan gangren (Ii, 2019). Diabetes tipe 2 disebabkan oleh keberadaan insulin dalam tubuh yang tidak stabil dan tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan sepenuhnya tetapi hanya dikendalikan sehingga memerlukan pengobatan seumur hidup untuk dapat bertahan hidup (Ratnasari et al., 2019). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), peningkatan jumlah penduduk Hasil Riskesdas 2018 diperkirakan menunjukkan bahwa prevalensi diabetes di Indonesia berdasarkan diagnosis medis pada usia ≥ 15 tahun adalah sebesar 2%. Grafik tersebut menunjukkan bahwa dibandingkan prevalensi diabetes pada penduduk usia ≥ 15 tahun, terjadi peningkatan sebesar 1,5% pada Riskesdas 2013. Namun prevalensi diabetes menurut pemeriksaan glukosa darah meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kejadian diabetes tipe 2 yang relatif tinggi. Jumlah penderita diabetes tipe 2 di Indonesia mencapai 8,4 juta pada tahun 2010 dan diperkirakan akan mencapai 21,3 juta pada tahun 2030 (Irwansyah dan Kasim, 2020). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Ma'ruf dan Palupi (2021) menunjukkan bahwa pasien diabetes tipe 2 mengalami gangguan fisik dalam kualitas hidup yaitu aktivitas, perawatan medis, istirahat dan nyeri. Pasien diabetes yang menjalani rawat jalan merasa bosan dan frustasi ketika harus menjalani pengobatan berulang kali, namun tidak mengalami perubahan positif pada status kesehatannya. Penelitian lain dilakukan oleh Teli (2017), menunjukkan bahwa pasien diabetes tipe 2 mengalami gangguan kualitas hidup pada seluruh aspek kesehatan, meliputi fungsi fisik, sosial, mental, kesehatan
umum, nyeri, perubahan peran akibat masalah fisik, perubahan peran karena masalah emosional dengan nilai