Kanker merupakan salah satu jenis penyakit kronis penyebab penting kematian pada anak (Pusmika et al., 2020). Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel – sel jaringan tubuh yang tidak normal dan dalam perkembanganya, sel – sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh terdekat lainya (Nurhidayah et al., 2023). Kanker anak di Amerika Serikat yang berusia dibawah 15 tahun mencapai angka 9.910 pada tahun 2023 (American Cancer Society, 2023). Indonesia prevalensi kanker pada anak yang berumur 1 – 14 tahun mencapai angka 197.718 (Survei Kesehatan Indonesia, 2023). Kanker anak di Indonesia mengalami peningkatan 40% dari tahun 2008 ke tahun 2022 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2024). Kanker merupakan penyakit yang bisa diobati dengan beberapa jenis terapi, salah satunya yaitu dengan kemoterapi. Kemoterapi adalah jenis pengobatan dengan memberikan obat anti kanker yang bekerja dengan cara membunuh sel kanker (Siebel & Anggraeni, 2022). Kemoterapi diberikan secara berulang dengan siklus enam kali siklus dan jarak antara siklus adalah 21 hari, dan efek samping yang membuat pasien kanker sering mengalami masalah pada kondisi fisik, psikologis, maupun sosial (Laoli & Ismoyowati, 2022). Kondisi fisik pada anak yang menjalani kemoterapi akan mengalami
penipisan rambut atau kebotakan, mual, muntah, penurunan berat badan, gangguan tidur, nyeri, penurunan nafsu makan (Maxi & Eva, 2023). Pengobatan kemoterapi anak kanker dapat mempengaruhi kondisi orang tua (Nurusshohwah & Indrawati, 2022). Orang tua yang mendampingi kemoterapi anak kanker rentan terhadap masalah Kesehatan fisik, sosial, maupun psikologis karena dengan proses pengobatan yang Panjang, menyakitkan, menimbulkan berbagai efek samping, serta orang tua membutuhkan tenaga, waktu, dan pengorbanan yang besar (Hermawati & Wulanningrum, 2022). Orang tua yang mendampingi kemoterapi anak kanker sering kali mengalami masalah seperti gangguan tidur, kelelahan, perubahan nafsu makan, dan perubahan kebutuhan seksualitas (Pusmaika et al., 2020). Gejala emosional yang dialami orang tua seperti depresi, perasaan bersalah, marah dan kecemasan menjadi gangguan psikologis orang tua yang memberikan dampak stress berat dan berkepanjangan (Nurhidayah et al., 2022). Penelitian yang dilakukan oleh Wiksuarini dkk (2023) menunjukkan bahwa hasil tingkat stress ringan sebanyak 2 responden (5,3%), stress sedang 11 responden (28,9%), stress berat 20 responden (52,5%). Penelitian Wati & Qoyyimah (2018) menunjukkan bahwa hasil tingkat stres ibu secara umum 53 orang (39%) dikategorikan berat, aspek fisiologis 46 orang (34%) dikategorikan sedang, aspek psikologis 53 orang (39%) dikategorikan berat, dan aspek perilaku 48 orang (35%) dikategorikan sedang. Penelitian
Nurhidayah dkk (2022) menunjukkan bahwa hasil tingkat stress orang tua yang tinggi mencapai 17,6% sedangkan kategori sangat tinggi 5,8%. Orang tua yang mendampingi kemoterapi anak kanker, akan mengalami stress yang berdampak langsung yaitu pada gangguan pola tidur, kelelahan, tekanan darah tinggi, depresi, kecemasan, emosi labi, gangguan pada prnafasan (Pusmaika et al., 2020). Dampak stress yang ditimbulkan orang tua juga memberikan dampak pada anak kanker yaitu tidak patuhnya pengobatan, kecemasan, perilaku dan suasana hati pada anak (Wati & Qoyyimah, 2020). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Desember 2024 di ruang rekam medis RSUD dr. Moewardi didapatkan data pasien 1 bulan terakhir sebanyak 35 pasien yang menjalani kemoterapi dibangsal rawat inap flamboyant 9. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat Stres Orang Tua Yang Mendampingi Kemoterapi Anak Kanker Di RSUD Dr. Moewardi”.