Kanker payudara adalah tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel payudara yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga dapat menyebar di antara jaringan atau organ di dekat payudara atau ke bagian tubuh lainnya (Kementerian Kesehatan, 2022). International agency for research on cancer (IARC) mengatakan bahwa penyebab kematian paling banyak disebabkan oleh kanker payudara (World Health Organisation, 2020). Kejadian kanker payudara di dunia pada tahun 2020 mencapai 2,3 juta dengan angka kematian secara global mencapai 685.000 (World Health Organisation, 2020). Prevalensi kanker payudara di Indonesia yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2019). Data Global Cancer Observatory tahun 2020 jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus (Tirtawati et al., 2020). Kondisi tersebut diperparah dengan 70% dari penderita diketahui sudah mencapai tahap lanjut, sehingga tingkat keparahan dan pengobatan yang harus dibutuhkan juga akan lebih kompleks jika dibandingkan dengan kanker di tingkat awal, sedangkan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah yang memiliki prevalensi kanker payudara tertinggi sebesar 2,4% (Kemenkes RI, 2019). Kanker payudara dan pengobatannya, memberikan dampak fisik dan dampak psikologis (Nasution, 2023). Dampak yang dialami sangat beragam dan bergantung dari tipe obat, dosis obat, serta lama terapi (Somarelli et al., 2022). Efek samping berat dapat timbul pada pasien yang menjalani kemoterapi. Pasien yang telah dilakukan kemoterapi
biasanya akan mempunyai banyak keluhan dari efek samping kemoterapi yang dilakukan, salah satu keluhan yang sering terjadi dan bahkan tidak dapat ditoleransi oleh pasien adalah nyeri (Sembiring & Natalia 2023). Nyeri adalah keluhan utama yang dirasakan oleh 55% pasien kanker yang menjalani terapi anti-kanker dan 66% pada pasien kanker stadium lanjut, metastasis, atau terminal (Amari, 2023). Nyeri yang dirasakan pada pasien kanker sering ditemukan dalam praktek sehari-hari pada pasien yang pertama kali datang berobat sekitar 30% dan hampir 70% pasien kanker stadium lanjut yang menjalani pengobatan, kemudian 20% penderita yang mendapat pengobatan merasakan nyeri bukan disebabkan penyakit yang dideritanya, tetapi justru oleh pengobatan yang telah dijalaninya (Jensen et al, 2021). Nyeri dapat diatasi dengan dua cara yaitu dengan farmakologi dan non farmakologi, namun terkadang terapi farmakologi dapat menimbulkan ketidak nyamanan pada pasien jika pasein mengonsumsi obat-obatan, apa lagi obat tersebut susah ditelan, dan takut tersedak (Lara, 2022). Terapi non farmakologi mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak menimbulkan efek samping, dan nyaman digunakan. Terapi non farmakologi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan aromaterapi lavender dan terapi musik klasik (Astuti & Merdekawati, 2019). Musik klasik memiliki tempo yang lambat dapat memberikan ketenangan dan kedamaian (Saputry, 2019). Musik klasik dengan tempo yang lambat dapat ditemukan dalam semua genre, salah satunya adalah musik klasik. Musik klasik memiliki manfaat untuk mengobati dan menyembuhkan penyakit. Ritme internal musik klasik dapat mempengaruhi metabolisme tubuh pendengarnya menjadi lebih baik (Harper et al., 2023). Musik klasik terbukti menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi serta mengurangi rasa nyeri (Ketata et al., 2023). Mendengarkan musik klasik dapat mengtifkan sel-sel pada sistim limbik dan saraf otonom. Musik klasik memberikan getaran yang ditangkap oleh organ pendengaran melalui saraf didalam tubuh serta disampaikan kesusunan saraf pusat (Rachmawati et al., 2021). Saat seseorang mendengarkan musik klasik, maka harmonisasi dalam musik klasik yang indah akan masuk telinga dalam bentuk suara (audio), yang menuju otak dan menciptakan imajinasi di otak kanan dan otak kiri yang akan memberikan dampak berupa kenyamanan dan perubahan perasaan (Jayantoro & Sularso 2023). Musik klasik yang didengarkan dilanjutkan ke hipotalamus dan meneruskan sinyal musik ke amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar sehingga memberikan efek distraksi yaitu pengalihan pikiran dari nyeri (Puspitasari & Waluyo 2022). Beberapa penelitian penggunaan musik klasik efektif meredakan gejala kecemasan, depresi dan mengurangi derajat nyeri pada pasien kanker payudara (Ran et al., 2023). Terapi musik klasik terbukti efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien kanker payudara yang mengalami nyeri. Hal ini dapat dilihat dari kondisi klien, dimana setelah diberikan terapi musik klasik klien tampak lebih tenang dan rileks (Pujianto, 2019). Terapi musik juga memberikan bukti bahwa terapi musik bermanfaat dan memberikan efek jangka pendek sehingga mampu menurunkan tingkat nyeri pada pasien kanker secara umum (Kuhlmann et al., 2019). Aromaterapi merupakan salah satu terapi yang menggunakan berbagai bahanbahan alami seperti batang, daun, akar, maupun bunga (Hardhanti, 2023). Aromaterapi digunakan sebagai salah satu alternative penanganan nyeri non farmakologik terutama bunga lavender, berfungsi untuk mengendorkan dan melemaskan sistem kerja saraf dan otot yang mengalami ketegangan dan berperan sebagai relaksasi dan juga sedatif sehingga dapat menurunkan nyeri (Salsabilla, 2020). Aromaterapi lavender juga memilki banyak manfaat dan mekanisme ketika pasien memiliki keluhan nyeri dan dilakukan pemberian aromaterapi lavender karena aromaterapi lavender memiliki beberapa kandungan aktif utama yang digunakan untuk bahan utama sebagai relaksan seperti monoterpenehidrokarbon berikan efek sebagai relaksan (Setyawan at. al, 2020). Aromaterapi lavender yang terhirup oleh hidung akan diterima oleh saraf sensori dimembrane saraf olfaktorius. Impuls-impuls tersebut ditujukan ke sistem limbik. Sistem limbik yang terdiri dari hippocampus dan amigdala akan mengaktifkan hipotalamus untuk mensekresi beberapa hormon agar tetap seimbang dalam mengontrol detak jantung, tekanan darah, pernafasan, memori tingkat stress dan emosi seseorang (Putri at. al, 2019). Sebagai hasilnya aromaterapi lavender dapat memberikan perasaan tenang dan senang sehingga dapat mengurangi nyeri seseorang. Beberapa penelitian penggunaan aromaterapi lavender untuk mengurangi nyeri telah dilakukan. Penelitian pada pasien kanker servik yang diberikan kombinasi teknik relaksasi guided imagery dengan aromaterapi lavender mengalami penurunan skala nyeri dengan rata-rata skor 7 (nyeri berat) setelah dilakukan terapi relaksasi guided imagery dengan aromaterapi lavender terjadi penurunan nyeri menjadi 4 (nyeri sedang). Terapi relaksasi guided imagery dengan aroma terapi lavender mampu menurunkan skala nyeri pasien kanker Serviks (Hardianti & Sukraeny, 2022).
Studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD dr. Moewardi Surakarta, prevalensi pasien kanker payudara dari Desember 2022 sampai Februari 2023 di ruang Tulip rawat jalan dan rawat inap sebanyak 626 kunjungan. Hasil wawancara dilakukan tanzggal 31 Mei 2024 di ruang Flamboyan RSUD dr Moewardi Surakarta terhadap 10 orang pasien kanker payudara yang sudah pernah melakukan kemoterapi didapatkan hasil dari 10 pasien tersebut mengeluh tetap merasakan nyeri setelah dilakukan kemoterapi dan penanganan nyeri farmakologi yang digunakan adalah pemberian analgesik. Teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien biasanya digunakan adalah distraksi atau mengalihkan perhatian, pijat (massage), aroma terapi, teknik relaksasi dan terapi musik. Peneliti sudah membaca literatur terkait pengaruh terapi musik klasik klasik dan aromaterapi lavender dalam penurunan nyeri. Penelitian pada pasien kanker terkait intervensi kombinasi musik klasik dan aromaterapi lavender belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan hanya menggunakan salah satau intervensi saja seperti penggunaan terapi musik klasik saja atau aromaterapi lavender saja pada pasien kanker secara umum tidak dispesifikan pada pasien kanker payudara dan tidak mengkombinasikan antara musik klasik dan aromaterapi lavender. Kombinasi musik klasik dan aromaterapi lavender dipilih sebagai terapi karena memiliki banyak manfaat pada pasien (Sagala et al., 2022). Ada kesamaan manfaat dari musik klasik dan aromaterapi lavender yaitu sama-sama bisa mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien (Fatmawati, 2020). Musik klasik secara ilmiah mampu meringankan rasa nyeri karena saat diberikan musik, otak tengah mengeluarkan beta endorphin hormone yang dapat mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri (Triana, 2021) begitu juga dengan menghirup uap minyak esensial aromaterapi lavender, aromanya akan memasuki rongga hidung lalu merangsang sistem saraf di otak yang berperan dalam pengaturan emosi (Wahyuni et all., 2020). Kedua terapi komplementer tersebut memiliki efek samping yang cukup rendah sehingga lebih aman jika dibandingkan dengan terapi farmakologi sehingga dipilih terapi kombinasi musik klasik dan aromaterapi lavender (Prasetyo, 2022). Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijabarkan bahwasanya belum ada penelitian ‘Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD dr. Moewardi Surakarta’ sehinnga peneliti merasa penelitian tersebut urgen untuk dilakukan.