Buku Peran Clascoterone pada Tatalaksana Akne Vulgaris berfokus pada akne vulgaris, yaitu penyakit kulit inflamasi kronis yang disebabkan oleh gangguan kelenjar pilosebasea pada kulit. Penyakit ini menempati peringkat kedelapan sebagai masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi di dunia, sehingga menjadi perhatian utama dalam bidang dermatologi.
Pembentukan akne vulgaris dipengaruhi oleh empat jalur patogenesis utama, yaitu peningkatan produksi sebum, inflamasi dan respons imun, kolonisasi Propionibacterium acnes, serta hiperkeratinisasi. Selain itu, faktor hormonal juga berperan penting dalam etiologi akne vulgaris, khususnya pada masa pubertas. Pada periode ini, terjadi peningkatan berbagai hormon yang secara signifikan memicu produksi sebum berlebih. Hormon androgen, seperti testosteron dan 5-alpha-dihydrotestosterone (DHT), merupakan faktor kunci dalam regulasi produksi sebum tersebut.
Penatalaksanaan akne vulgaris umumnya dilakukan melalui terapi topikal maupun sistemik yang ditujukan untuk menghambat salah satu jalur patogenesis tersebut. Terapi topikal yang banyak digunakan meliputi benzoil peroksida, antibiotik, retinoid, dan agen lainnya. Namun, sebagian besar terapi topikal ini sering menimbulkan reaksi lokal pada kulit, seperti edema, eritema, pruritus, atrofi kulit, sensasi terbakar, hingga telangiektasia. Sementara itu, antibiotik sistemik menjadi alternatif untuk kasus akne vulgaris derajat sedang hingga berat, namun permasalahan resistensi antibiotik tetap menjadi perhatian serius dalam terapi akne.
Clascoterone hadir sebagai agen antiandrogen topikal pertama yang menjadi terobosan baru dalam penatalaksanaan akne vulgaris, khususnya bagi pasien yang mengalami resistensi antibiotik atau tidak memenuhi kriteria penggunaan terapi antiandrogen sistemik. Sama seperti terapi akne lainnya, clascoterone dapat digunakan untuk berbagai tingkat keparahan akne. Penggunaannya dinilai relatif aman dengan efek samping lokal yang minimal.
Sebagai inhibitor androgen topikal pertama yang dapat digunakan oleh pria maupun wanita, clascoterone tidak menimbulkan efek samping sistemik antiandrogen seperti yang biasa ditemukan pada penggunaan kontrasepsi oral atau spironolakton. Oleh karena itu, clascoterone dianggap sebagai terapi yang menjanjikan untuk akne vulgaris, khususnya pada pasien usia 12 tahun ke atas.