Diabetes melitus gestasional (DMG) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang semakin mendapat perhatian karena prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun. International Diabetes Federation (IDF) tahun 2024 melaporkan bahwa sekitar 15,6% kehamilan di dunia mengalami hiperglikemia selama kehamilan, dan sebagian besar kasus tersebut disebabkan oleh diabetes melitus gestasional (DMG) [International Diabetes Federation, 2024]. Kondisi ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan laporan sebelumnya pada tahun 2021 yang mencatat angka sekitar 16,7% kehamilan dengan hiperglikemia, yang sebagian besar juga merupakan diabetes gestasional (DMG). World Health Organization (WHO, 2013) mendefinisikan diabetes mellitus gestasional (DMG) sebagai intoleransi glukosa dengan derajat yang bervariasi yang pertama kali terdiagnosis pada masa kehamilan, tanpa memandang apakah kondisi tersebut berlanjut setelah persalinan atau tidak. Definisi ini menegaskan bahwa DMG merupakan entitas klinis yang berbeda dari diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam tatalaksana. Diabetes mellitus gestasional (DMG) berdampak serius terhadap kesehatan ibu dan janin. Ibu hamil dengan DMG berisiko mengalami komplikasi obstetrik seperti preeklampsia, operasi sesar, dan perdarahan pasca persalinan. Janin yang dikandung berpotensi mengalami makrosomia, hipoglikemia neonatal, serta gangguan pernapasan. Dalam jangka panjang, anak dari ibu dengan DMG juga berisiko lebih tinggi mengalami obesitas dan diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari (American Diabetes Association [ADA], 2022; WHO, 2013). Di Indonesia, prevalensi DMG dilaporkan berkisar 1,9–3,6% dari seluruh kehamilan, dengan kecenderungan meningkat seiring perubahan gaya hidup, meningkatnya angka obesitas, serta bertambahnya usia ibu saat hamil (Kemenkes RI, 2021). Kondisi ini menunjukkan bahwa DMG bukan hanya masalah global, tetapi juga ancaman nyata bagi kesehatan ibu dan anak di Indonesia.
Pada tingkat regional, khususnya Provinsi Jawa Tengah, data menunjukkan prevalensi DMG berkisar 7–9% dari ibu hamil yang menjalani pemeriksaan antenatal, angka yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2022). Hal ini menandakan adanya beban masalah yang signifikan dan kebutuhan peningkatan skrining serta pengelolaan DMG di daerah tersebut. Sementara itu, di tingkat lokal, RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagai rumah sakit rujukan utama di wilayah Solo Raya, kerap menangani kasus DMG dengan kompleksitas tinggi. Banyaknya pasien DMG yang dirawat menunjukkan bahwa masalah ini telah menjadi fenomena penting dalam pelayanan kesehatan daerah. Data penelitian terkait efektivitas terapi insulin dalam pengendalian glikemik pada pasien DMG di RSUD Dr. Moewardi masih terbatas. Keterbatasan ini menimbulkan kesenjangan informasi yang perlu dijawab melalui penelitian berbasis data lokal. Peneliti memiliki ketertarikan akademik untuk mengkaji topik ini karena DMG merupakan salah satu kasus yang dapat membahayakan ibu dan janin, dan terbatasnya penelitian lokal menjadi alasan penting untuk melakukan kajian lebih lanjut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademik dan praktis, khususnya dalam mendukung tenaga kesehatan mengoptimalkan efektivitas pengobatan DMG.