Di Indonesia, kasus CRC mengalami kenaikan di mana banyak kasus kanker kolorektal didiagnosis saat stadium lanjut. Hal ini menyebabkan tindakan operatif (reseksi tumor) menjadi pilihan utama untuk tata laksana mayoritas pasien kanker kolorektal. Oleh karena itu, pasien CRC harus mengikuti alur surveillance yang dilakukan sampai 5 tahun pascaoperasi untuk memastikan keberhasilan dari reseksi tersebut. Mengingat tingkat mortalitas dan morbiditas pada pasien CRC, serta komplikasi yang sering terjadi setelah tindakan operasinya, telemedicine merupakan pilihan atraktif dalam meringankan beban di sistem kesehatan Indonesia. Namun, penelitian terkait telemedicine telah melambat dalam beberapa tahun terakhir setelah pandemi COVID-19 menjadi endemi, sehingga data yang sudah dikumpulkan ada risiko bias yang diintroduksikan oleh pandemi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang untuk mengetahui apakah pasien CRC pascaoperasi akan mengadopsi telemedicine jika sebuah sistem telemedicine diimplementasikan. Gambaran terkait pandangan pasien terhadap telemedicine dapat mengidentifikasi faktor yang memfasilitasi dan menghambat penerimaannya untuk membantu perkembangan telemedicine di masa depan.